Hidayatullah.com—Berlarutnya masalah yang menimpa bangsa saat ini akibat praktik ekonomi ribawi dan tidak menjalankan konsep ekonomi syariah.
Disebutkan, kini bangsa Indonesia terlilit hutang hingga mencapai ratusan trilyun. Belum lagi ditambah dengan segala bentuk penjajahan yang terus meneror segala aspek kehidupan masyarakat.
Pandangan ini disampaikan oleh Wakil Dekan Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Hendri Tanjung, PhD mengawali kegiatan pengajian dan silaturahim di Gedung Pascasarjana UIKA Sabtu, (05/12/2015).
Untuk itu, Hendri berharap umat Islam kembali menelaah prinsip ekonomi syariah yang dipopulerkan oleh Ibn Khaldun. Bahwa perekonomian bangsa Indonesia bisa membaik jika menerapkan nilai-nilai Al-Quran dalam bermuamalah.
“Sejak dini Islam mengajarkan untuk menjauhi berhutang. Kita diajari memperbanyak syukur dengan cara ridha dan qana’ah,” ucap Hendri menjelaskan di hadapan puluhan dosen dan mahasiswa Pascasarjana UIKA.
Doktor Ekonomi lulusan International Islamic University, Islamabad (2012) ini lalu menjelaskan bahaya pemikiran ekonomi kapitalis yang kini merasuki umat Islam.
Dalam ajaran ekonomi kapitalis, lanjut Hendri, masyarakat diajari untuk selalu berhutang dengan teori yang digagas oleh Milton Friedman, seorang ekonom Amerika. Milton berteori, potensi pendapatan di masa depan akan lebih besar daripada hari ini.
“Untuk itu silakan berhutang sebanyak-banyaknya kepada orang lain,” ungkap Hendri.
Secara tidak sadar, masih menurut Hendri, umat Islam diajari untuk lalai mensyukuri yang mereka punyai hari ini. Mereka justru berlomba mengejar sesuatu yang belum pasti terjadi dan tidak ada jaminan untuk mendapatkannya.
“Akibatnya hutang bertumpuk itu sudah pasti terjadi sedang ekonomi itu adalah kondisi yang tidak pasti,” terang Hendri.
“Tengoklah apa yang menimpa umat Islam ketika dunia digoncang oleh krisis moneter lalu,” ucap Dewan Pengawas Syariah Koperasi Banten ini.
Hendri mengingatkan agar tidak terjebak dengan pemikiran materialisme. Sebuah arus pemahaman yang memandang segalanya dengan ukuran materi dan kebendaan.
Ia mengajak mengevaluasi keadaan bangsa Indonesia dengan pandangan syariat Islam.
Menurutnya, ketenangan hati ada di dalam diri manusia. Ia terletak di dalam hati dan jiwa manusia sendiri.
“Kebahagiaan itu bukan pada sesuatu yang belum terjadi atau berada di luar manusia,”papar penulis produktif tersebut.
“Bahagia itu jika mampu menerapkan konsep ekonomi syariah di tengah masyarakat. Bahagia itu ketika para pemimpin dan seluruh masyarakat mampu mengendalikan hawa nafsunya” ukas Hendri menutup.*/Masykur Abu Jaulah
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar