Hidayatullah.com– Melihat potensi besar wakaf di Indonesia, anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI), Dr Hendri Tanjung menyatakan bahwa hal tersebut masih memiliki banyak tantangan.
“Salah satunya belum sampai ilmunya ke masyarakat, belum masif sosialisasinya ke masyarakat,” katanya kepada koresponden hidayatullah.com di sela-sela kunjungannya ke Islamabad, Pakistan, belum lama ini.
Hendri mengungkapkan bahwa sosialisasi tersebut tidak hanya menjadi tugas BWI sebagai lembaga wakaf di Indonesia.
“Tapi juga tugas seluruh masyarakat Indonesia, seluruh ulama, seluruh orang yang ngerti. Sebab kalau hanya tugas BWI cuma 25 orang anggotanya, ulama menyampaikan di khutbah Jumat, misalnya,” tutur Hendri.
BWI pun mengajak segenap elemen masyarakat untuk melakukan sosialisasi secara masif akan pentingnya wakaf.
Untuk diketahui, BWI memiliki perwakilan di 34 provinsi di Indonesia dengan 11 anggota di setiap provinsi.
Alumnus International Islamic University of Islamabad (IIUI) ini mengatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih belum mengetahui tentang wakaf.
“Jadi kita perlu kerja keras. Lewat pengajian. Harus dari semua media, cetak, elektronik, sosial, kita harus memunculkan meme-meme ajakan wakaf, mungkin video pendek beberapa menit tentang pentingnya wakaf,” jelasnya.
Keuntungan wakaf, kata Hendri, tidak hanya bisa dirasakan ketika di dunia saja. Hendri menambahkan bahwa keuntungan berupa pahala akhirat juga akan didapatkan.
“Pahala akhiratnya umur kita panjang, dikenang. Utsman bin Affan sampai sekarang pahalanya terus mengalir. Makanya dalam hadits, kan, ketika meninggal amalan yang tidak terputus yang pertama adalah shodaqoh jariyah,” tukas Hendri.
Ia juga mengatakan, Indonesia mempunyai potensi wakaf yang sangat besar. “Karena orang Indonesia orangnya jiwa memberi dan menolongnya kuat. Mereka ingin menolong orang lain itu cepet tersentuh,” katanya.
Misalnya, saat penggalangan dana untuk Palestina, masyarakat Indonesia begitu ringan tangan memberikan bantuan.
Hendri juga mengatakan bahwa wakaf bisa menjadi jantung ekonomi di Indonesia. Bahwa wakaf bisa disinergikan dengan bagian-bagian lainnya.
“Wakaf (disinergikan) dengan haji misalnya. Itu kan orang-orang (daftar haji) yang artinya punya duit, kita minta aja setiap jamaah haji wakaf Rp 100.000 uang cash. Kita punya 210.000 jamaah haji per tahun, dikali Rp 100.000, itu udah Rp 21 miliar per tahun,” jelas peraih gelar Doktor Ekonomi dari International Islamic University of Islamabad (IIUI) ini.
Dengan dana wakaf yang terkumpul tersebut, jelasnya, bisa digunakan untuk membangun rumah sakit atau sesuatu lainnya yang dapat menguntungkan umat.* Adin
Rep: Admin Hidcom
Editor: Muhammad Abdus Syakur