Ada yang menarik dari sidang terbuka disertasi doktor Ekonomi, konsentrasi Islamic Economic and Finance Universitas Trisakti pada hari Senin, 24 Januari 2022. Promovendus , Maman Nurzaman menguraikan variabel keberkahan dalam disertasinya berjudul “Pengaruh Implementasi Sertifikasi Rumah Sakit Standar Syariah terhadap keberkahan Sumberdaya Insani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut Imam Ghazali, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan”.
Diuraikan bahwa variabel keberkahan memiliki setidaknya lima indikator yaitu: : Bertambah taqwa, bertambah ketenangan, bertambah kebahagiaan, kenyamanan kerja dan kesejahteraan ekonomi. Indikator inipun dapat diterapkan pada sumberdaya insani koperasi. Sumberdaya insani suatu koperasi dikatakan berkah, jika memiliki 5 indikator di atas
Pertama, bertambah taqwa. Indikator ini diambil dari surat Al Maidah [5] ayat 35 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. Dalam tafsir Al Muyassar, dijelaskan bahwa keberuntungan yang dimaksud adalah mendapatkan apa yang dicari dan menghindarkan apa yang ditakuti. Hal ini sejalan dengan penelitian Maham & Bahtti (2019), bahwa ketakwaan berpengaruh positif terhadap kebahagiaan.
Kedua, indikator bertambah ketenangan. Ini diambil dari surat Al Fath [48]: 4, yang artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Hal ini sejalan dengan penelitian Muthohar (2017), bahwa ketakwaan akan memberikan keberkahan dan ketenangan.
Ketiga, indikator bertambah kebahagiaan. Indikator ini diambil dari surat ar-Ra’ad [13]: 29 yang artinya: “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. Hal ini sejalan dengan penelitian Maham & Bahtti (2019), bahwa islamic spirituality berpengaruh positif terhadap kebahagiaan.
Keempat, indikator kenyamanan kerja. Mengutif dari surat ar-Ra’ad [13]:28 yang artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Hal ini sejalan dengan penelitian As’ad (2004) bahwa Ketenangan di dalam individu pekerja, kesehatan, keadaan ruangan dan lingkungan kerja, menjadi faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja dan akhirnya meningkatkan kebahagiaan.
Kelima, kesejahteraan ekonomi. Indikator ini diambil dari surat an Nahl [16]: 97 yang artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Yang dimaksud dengan kesejahteraan ekonomi ini adalah kompensasi yang diberikan seperti gaji, jaminan sosial, tunjangan kesehatan, promosi jabatan, penghargaan, dan manfaat ekonomi lainnya.
Dari indikator keberkahan tersebut, dapat dikatakan bahwa koperasi yang berkah adalah koperasi yang mampu membuatanggotanya bertambah taqwa, bertambah tenang, bertambah bahagia, bertambah nyaman dan bertambah sejahtera. Hal senada diungkapkan oleh Deputi Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi, saat RAT Kopsyah BMI bahwa koperasi yang baik adalah yang mampu menghantarkan anggotanya menjadi lebih sejahtera, dibandingkan sebelum menjadi anggota koperasi. Inilah indikator yang paling cepat dirasakan oleh anggota koperasi..
Variabel Taqwa
Target koperasi yang baik adalah menjadikan pengurus, pengawas, karyawan dan semua anggotanya menjadi orang-orang bertaqwa. Inilah agenda pekerjaan yang tidak boleh berhenti. Mesin koperasi harus mampu menciptakan ini. Dalam input-output model, dijelaskan bahwa proses yang baik akan menjadikan input yang kurang baik menjadi output yang baik. Apa yang harus diperbaiki dan diperhatikan? Proses. Oleh karena itu, pendidikan perkoperasian menjadi sangat penting untuk melahirkan output yang baik. Pendidikan perkoperasian yang berorientasi pada peningkatan ketaqwaan. Sehingga apabila variabel taqwa ini dapat diciptakan, apapun kondisi ekonominya, akan menjadi baik adanya. Jika miskin, dia bersabar. Jika kaya, dia bersyukur. Dalam konteks ini Al Quran mengisahkan dua orang nabi yang konsisten menjaga derajat ketaqwaannya, yaitu Nabi Sulaiman dan Ayyub. Dalam Surat Shad (38): 30 dijelaskan bahwa Nabi Sulaiman A.S. adalah seorang yang kaya dan bersyukur dan sebaik-baik hamba yang taat kepada Allah. Sementara itu, masih pada surat yang sama, ayat 44, menjelaskan nabi Ayyub merupakan nabi yang miskin dan sabar, serta merupakan sebaik-baik hamba yang taat kepada Allah. Keduanya, baiknabi Sulaiman maupun nabi Ayyub diberi gelar “Sebaik baik hamba yang taat kepada Allah.” Ibnu Qayyim menafsirkan kaya yang bersyukur dengan miskin yang sabar adalah selevel. Artinya, orang kaya yang bersyukur, sama derajatnya dengan orang miskin yang sabar. Faktor ekonomi tidak jadi soal, jika faktor ketaqwaan melekat pada seorang hamba. Kaya dan miskin bisa sama derajatnya di sisi Allah, jika disertai dengan ketaqwaan. Orang kaya yang bertaqwa, pasti bersyukur. Orang miskin yang bertaqwa, pasti bersabar. Sehingga ketaqwaan ini merupakan kata kunci untuk menempatkan orang itu memiliki derajat yang tinggi atau tidak.
Koperasi juga hendaknya menciptakan kebahagiaan kepada anggotanya. Kebahagiaan tidak datang dari luar, tapi dari dalam hati. Kebahagiaan (happiness) merupakan kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir-batin), keberuntungan dan kemujuran yang bersifat lahir batin. Bukan hanya anggota yang bahagia jika koperasi berkembang dan sehat, tapi keberkahan kebahagiaan juga akan menjalar kepada semua yang terlibat di koperasi, mulai dari kementerian koperasi, dinas koperasi, kepala daerah, camat, kepala desa, mitra dan semua pihak yang terlibat.
Satu lagi, kebahagiaan akan muncul manakala seseorang membantu sesamanya. Di koperasi Syariah, ada instrumen ZISWAF yang ditujukan untuk membantu sesama. Melalui pengumpulan ZISWAF, kepedulian kepada sesama dapat ditingkatkan. Mereka yang berbahagia adalah mereka yang meringankan penderitaan orang orang yang tidak beruntung. Bukankah membantu sesama dan meringankan penderitaan orang lain adalah wujud dari benarnya sikap beragama.
Inilah urgensi dari pendidikan perkoperasian. Pendidikan yang mampu mendidik anggota koperasi menjadi insan-insan yang beradab. Mendidik mereka agar bersyukur dalam segala keadaan. Mendidik mereka untuk tidak pelit dan menjadi dermawan. Mendidik mereka agar sekolah anak anak mereka diteruskan dan diperjuangkan. Mendidik mereka untuk menabung demi masa depan, mendidik mereka berinfaq dan berwakaf untuk generasi mendatang, mendidik mereka untuk hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda. Mendidik mereka bahwa ketaatan kepada Allah adalah modal utama dalam hidup ini. Wallahu A’lam.
Penulis : H Hendri Tanjung,Ph.D
Penerbit : Majalah Peluang