Bogor – Selasa (28 Mei 2024), Dr. Hendri Tanjung, Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana, Pakar Ekonomi Islam dan seorang penulis, menghadiri undangan dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) yang diselengarakan di Ruang Aula KPPBC Madya Tipe A BogorJl. Raya Pajajaran No.18, Bogor. Dalam acara FGD Evaluasi Pelaksanaan MEKSI 2019-2024.
Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 (MEKSI) merupakan strategi yang
disusun dalam rangka menjawab berbagai tantangan dalam pengembangan ekonomi
syariah. Diharapkan MEKSI dapat menjadi referensi mengembangkan ekonomi syariah
agar memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Pandangan filosofis
dan rencana aksi Masterplan dituangkan dalam kerangka visi, misi, strategi, serta program
yang direalisasikan pada lima tahun dari 2019 – 2024. Visi MEKSI adalah mewujudkan
“Indonesia yang mandiri, makmur dan madani dengan menjadi pusat ekonomi syariah
terkemuka dunia”.
Secara umum, terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan ekonomi syariah
khususnya industri halal di Tanah Air, yaitu regulasi terkait industri halal yang belum
memadai, literasi dan kesadaran masyarakat akan produk halal yang kurang, juga
interlinkage industri halal dan keuangan syariah yang masih rendah. Lainnya adalah
peningkatan konsumsi dan kebutuhan produk halal di dalam negeri yang tidak diimbangi
dengan jumlah produksinya. Tata kelola dan manajemen risiko sektor halal masih belum
memadai. Pemanfaatan teknologi belum optimal pada industri halal. Standar halal
Indonesia belum dapat diterima di tingkat global.
Berdasarkan visi tersebut, empat target capaian utama akan dikembangkan lebih lanjut,
yaitu: (1) peningkatan skala usaha ekonomi dan keuangan syariah; (2) peningkatan
peringkat Global Islamic Economy Index; (3) peningkatan kemandirian ekonomi; dan (4)
peningkatan indeks kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Selama lima tahun pelaksanaan MEKSI melalui kebijakan yang menyeluruh dan
keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan, Indonesia telah mencatat sejumlah
pencapaian signifikan. Peringkat Indonesia dalam sektor ekonomi syariah mengalami
lonjakan drastis. Menurut Global Islamic Economy Indicator (GIEI), Indonesia melonjak ke
peringkat 3 pada tahun 2023 dari posisi 10 pada tahun 2018. Indonesia berhasil meraih
posisi pertama dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) pada tahun 2023.
Di sektor keuangan, total aset keuangan syariah mengalami peningkatan spektakuler, dari
Rp1.289 triliun pada Desember 2018 menjadi Rp2.451 triliun pada April 2023, dengan ratarata pertumbuhan sebesar 11,3% selama enam tahun terakhir. Peningkatan ini juga
tercermin dalam market share keuangan syariah terhadap keuangan nasional yang naik
dari 8,5% menjadi 11%. Market share industri perbankan syariah meningkat menjadi 7%
dari total perbankan nasional. Peningkatan ini berkat sejumlah langkah strategis seperti
merger tiga bank syariah Himbara menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI), serta penerapan
Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh. BSI kini menduduki peringkat ke-13 bank
syariah global berdasarkan kapitalisasi pasar.
Terbentuknya empat kawasan industri halal (KIH) di Cikande-Banten, Sidoarjo-Jawa Timur,
Cikarang-Jawa Barat dan Bintan-Kepulauan Riau menjadi landasan penting untuk
menjadikan Indonesia sebagai pusat global halal.
Namun, pencapaian tersebut baru sedikit dari sekian banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan untukdapat mewujudkanvisi MEKSI. Indonesia harus terus bergerak maju
dengan strategi yang lebih terstruktur untuk merealisasikan visi Masterplan Ekonomi
Syariah yaitu menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia.
Dalam acara ini dihadiri Pegawai di lingkungan Sekretariat KNEKS, Perwakilan dari Kantor Staf Presiden, Perwakilan dari Kantor Sekretariat Kabinet, Perwakilan dari Kantor Sekretariat Wakil Presiden dan Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan di sekitar Kota Bogor. Dr. Hendri tanjung menjelaskan materinya dengan sangat komunikatif sehingga alhamdulillah acara nya berjalan dengan lancar dan peserta sangat antusias dengan materi ini sehingga forum diskusi sangat aktif.