rangkuman dari video ceramah oleh Ustadz H. Hendri Tanjung, Ph.D., mengenai kunjungannya ke Masjid Kapal Munzalan di Pontianak, Kalimantan Barat.

Masjid Kapal Munzalan digambarkan sebagai masjid percontohan di Indonesia karena pendekatannya yang inovatif dan proaktif dalam pengelolaan wakaf dan keterlibatan komunitas.

Poin-Poin Utama Masjid Kapal Munzalan:

  • Asal-usul dan Nama: Nama “Kapal Munzalan” berasal dari ayat Al-Qur’an, Surat Mukminun, ayat 29. Masjid ini dibangun oleh seorang pengusaha sawit bernama Nurhasan, yang akrab disapa “Tyah”
  • Lokasi dan Jangkauan: Masjid utama memiliki ukuran kecil, hanya 11×17,5 meter, dan terletak di tengah permukiman Tionghoa non-Muslim di Pontianak. Meskipun kecil, masjid ini memiliki 19 cabang di seluruh Indonesia dan lebih dari 1.000 jaringan masjid di Malaysia, Jepang, Qatar, dan Australia.
  • Fasilitas Unik: Fasilitas masjid dirancang secara inovatif, di antaranya:
    • Dapur Masjid: Dapur di bagian depan masjid untuk berbagai kegiatan.
    • Rumah Hikmah Masjid: Ruang kantor tempat para pemuda bekerja dengan laptop, berfokus pada penggalangan dana, terutama untuk program wakaf beras.
    • Air Minum Gratis: Stasiun air minum gratis yang juga mengedukasi tentang empat adab minum dalam Islam.
  • Divisi dan Program: Masjid ini beroperasi melalui empat divisi utama, yang semuanya diawali dengan “Baitul” (berarti “rumah”):
    • Baitud Dakwah: Mengelola kegiatan komunitas dan keluarga, termasuk Munzalan TV dan gerakan sadar halal.
    • Baitul Qur’an: Berfokus pada pendidikan, termasuk sebuah bangunan lima lantai yang menaungi sekolah dan pusat Tahfiz Al-Qur’an.
    • Baitul Mal: Mengelola zakat, infaq, dan wakaf. Program utamanya adalah kampanye wakaf beras yang mengumpulkan dan mendistribusikan 850 ton beras setiap bulan. Mereka juga berencana memulai program “wakaf protein” untuk memberdayakan nelayan miskin.
    • Baitul Muamalah: Menjalankan berbagai usaha komersial seperti Munzalan Store, Munzalan Mart, dan tukang cukur, dengan keuntungan yang diinvestasikan kembali untuk tujuan amal.

Pembicara juga berbagi cerita tentang keberhasilan wakaf militer di Turki yang membangun kekuatan militer dan kemandiriannya setelah diembargo. Beliau menyimpulkan dengan menekankan pentingnya kepercayaan antara pemerintah dan rakyat untuk keberhasilan wakaf.

Ceramah diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana pembicara menjelaskan bagaimana tim muda masjid menggunakan teknologi untuk mengelola jaringan penggalangan dana yang luas, yang mencakup 147 titik pengumpulan di 34 provinsi dan menjalin hubungan dengan lebih dari 5.500 pondok pesantren.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *