Di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah. Perubahan menjadi suatu kepastian dan siapapun yang tidak mau berubah sebenarnya telah melawan kodrat alam itu sendiri. Hanya saja perubahan itu harus dikelola sedemikian rupa agar mencapai tujuan yang diharapkan. Perubahan yang tidak dikelola dan dibiarkan saja, akan menimbulkan perubahan yang tidak berbentuk. Berdasarkan ketentuan inilah pentingnya ilmu tentang MANAJEMEN PERUBAHAN.
Banyak ahli yang membahas tentang Manajemen Perubahan. Model Lewin yang mengenal Pencairan, Perubahan dan Pembekuan kembali. Model Kanter yang merumuskan perubahan riil sama dengan kemampuan agen perubahan untuk merubah dikurangi dengan kapasitas objek perubahan dalam menolak. Model de Bono dengan topi-topi berpikirnya. Meskipun demikian, tanpa berniat mensejajarkan diri dengan pemikir-pemikir manajemen terkemuka di atas, izinkan Penulis menuangkan pikiran tentang Bagaimana Manajemen Perubahan yang baik dalam arti agar sampai pada tujuan yang diharapkan.
Filosofi Layang-layang
Penulis melihat dan berpikir bahwa Manajemen Perubahan yang baik sama filosofinya dengan bermain layang-layang. Ada 6 hal yang dapat dipetik dari permainan layang-layang sebagai dasar untuk melakukan manajemen perubahan tersebut.
Pertama, Layang-layang punya dua teraju, satu teraju disambungkan dengan kepala layang-layang (bagian depan) dan satu teraju lagi disambungkan dengan ekor layang-layang (bagian belakang). Manajemen Perubahan juga memerlukan dua teraju, satu teraju disambungkan dengan teropong masa depan dan satu teraju lagi melihat peristiwa di masa lalu. Untuk melakukan perubahan, layang-layang mengajarkan kepada kita untuk selalu melihat masa lalu dan masa depan seperti dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam membuat arah dan tujuan perubahan yang diinginkan.
Kedua, Layang-layang punya tali. Tali yang menghubungkan antara layang-layang dengan orang yang mengendalikannya. Manajemen Perubahan pun punya tali, ikatan antara tujuan perubahan dengan komitmen melakukan perubahan. Layang-layang mengajarkan kita bahwa untuk melakukan perubahan baik dalam organisasi bisnis maupun pemerintahan, harus ada ikatan antara tujuan perubahan dan komitmen pelaku perubahan. Dengan kata lain harus sama antara perkataan dengan perbuatan. Inilah yang kurang di negeri kita tercinta ini. Betapa banyak rencana tinggal rencana hanya karena tidak ada komitmen untuk melakukan rencana perubahan itu. Betapa banyak janji tinggal janji hanya karena janji yang diucapkan tidak sama dengan perbuatan yang dilakukan.
Dapatkah dibayangkan jika layang-layang dimainkan seenaknya oleh orang yang memainkan layang-layang. Misalnya saja ketika layang –layang sedang menukik ke tanah, talinya malah ditarik bukan diulur. Dapat dipastikan layang-layang itu akan menubruk tanah dan paling tidak kepalanya patah. Begitu juga dengan orang yang seenaknya saja berkata-kata dengan banyak janji dan rencana, tanpa ada komitmen untuk melaksanakannya atau rencana perubahan yang sudah dibuat dianggap main-main atau sekedar leap service. Dapat dipastikan yang terjadi adalah kekacauan perubahan itu. Kekacauan yang meluas akan menghancurkan organisasi itu sendiri.
Ketiga, Layang-layang mengudara perlahan-lahan, tarik-ulur. Tarik jika kepala layang-layang menghadap ke atas dan angin kencang, dan ulur ketika kepala layang layang menghadap ke bawah dan angin tidak kencang. Perubahanpun dilakukan dengan perlahan-lahan. Tarik dan ulur sifatnya. Layang-layang mengajarkan kepada kita bahwa perubahan yang baik adalah perubahan yang dilakukan perlahan-lahan. Ada pepatah Mu’awiyah yang terkenal “Meskipun rambut yang menghubungkan aku dengan ummat, namun rambut itu tidaklah putus. Sebab, bila ummat itu keras, rambut itu aku kendorkan dan bilamana mereka lunak, waktu itulah aku helakan”. Pepatah ini bermakna bahwa pandai-pandailah melihat keadaan. Manajemen Perubahan juga harus pandai-pandai melihat keadaan. Betapa banyak perubahan yang gagal hanya karena kekakuan dalam menerapkan perubahan.
Keempat, Jika sedang mengudara dan tali layang-layang putus, maka layang-layang tersebut akan jatuh dan diperebutkan orang, mungkin hancur tak berbentuk lagi karena tarik-menarik antara orang-orang yang memperebutkannya. Begita pula dalam manajemen perubahan, jika sedang dalam proses perubahan, komitmen pimpinan putus (tiba-tiba putus), maka perubahan tidak akan terjadi bahkan perubahan menjadi tak berbentuk persis seperti hancurnya layang-layang yang diperebutkan itu.
Kelima, Main Layang-layang enaknya banyak dukungan, ada yang khusus bertugas menjaga benang, ada yang bertugas memegang layang-layang untuk mengudara. Dalam melakukan perubahan, lebih cepat jika didukung oleh semua orang (ada komitmen masyarakat) untuk berubah. Layang-layang mengajarkan kepada kita bahwa jika hanya pemimpin saja yang melakukan komitmen berubah sementara bawahannya menghendaki status Quo, maka perubahan akan sulit dan jika terjadi akan memakan waktu yang sangat lama. Berbeda jika semua komponen dalam perusahaan untuk organisasi bisnis dan semua komponen dalam masyarakat untuk organisasi pemerintahan, sepakat dan dengan komitmen bersama siap melakukan perubahan, maka perubahan tersebut niscaya akan cepat terlaksana.
Keenam, Hendaknya yang main layang-layang selalu berdoa kepada Allah agar angin jangan terlalu kencang supaya tali layang-layang tidak putus. Pelaku perubahan juga hendaknya selalu berdoa kepada Allah , agar dalam melakukan perubahan tersebut Allah meridoi dan tidak ada halangan yang significant. Sekali lagi, Layang-layang mengajarkan kepada kita untuk tetap ingat kepada Yang Maha Kuasa ketika melakukan perubahan. Pelaku perubahan hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah agar usaha yang dilakukan atau perubahan yang sedang ditempuh tidak sia-sia. Pelaku perubahan hendaknya berdoa agar Perubahan yang terjadi membawa organisasi ke arah yang lebih baik lagi.
Kunci Perubahan
Secara Keseluruhan, Layang-layang mengajarkan kepada kita bahwa dalam manajemen perubahan, perlu ada arah perubahan yang jelas. Arah saja tidak cukup, harus ada komitmen pelaku perubahan agar arah, rencana dan tujuan perubahan bukan hanya lip service. Arah dan komitmen saja tidak cukup, harus pandai-pandai melihat keadaaan. Ada kelenturan dalam menerapkan peraturan-peraturan ke arah perubahan. Arah, komitmen dan pandai-pandai saja tidak cukup, harus ada semangat menjaga komitmen jangan sampai putus . Bahaya besar menanti bila komitmen putus di tengah-tengah proses menuju perubahan. Arah, komitmen, pandai-pandai dan semangat saja tidak cukup, harus ada dukungan dan kerja sama dalam melakukan perubahan. Tanpa dukungan, perubahan akan terasa sulit dan sangat lama. Arah, komitmen, pandai-pandai, semangat dan dukungan saja tidak cukup, harus ada doa. Semoga dengan doa, perubahan yang dilakukan akan membawa dampak yang lebih baik.
Keenam dasar inilah jika dipadukan, Insya Allah akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik yaitu : Arah, komitmen, pandai-pandai, semangat, dukungan dan doa.(*)
Penulis : H.Hendri Tanjung, Ph.D
Diterbitkan : Majalah peluang