Jakarta – Dr. Hendri Tanjung, Ph.D., Associate Professor Ekonomi Islam dari Universitas Ibn Khaldun Bogor, mengisi khutbah Jumat di Masjid BSI The Tower pada tanggal 17 Oktober 2025 pukul 11:42 WIB dengan tema “Integritas Nabi Muhammad SAW”.

Apa itu integritas?

Integritas berasal dari kata Latin “integer” yang berarti utuh dan lengkap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan untuk memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Kenapa belajar integritas dari Nabi Muhammad SAW?

Karena Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang baik (Uswah Hasanah) dalam segala aspek, termasuk aspek Integritas ini, sebagaimana termaktub dalam QS Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Dalam kitab tafsir karangan Imam Ali As shobuni berjudul Shofwatut Tafasir, dijelaskan bahwa setidaknya ada 3 hal yang membuat Rasulullah itu memiliki integritas, yaitu : Keikhlasan, Jihad, dan Kesabaran.  Ketiga hal ini merupakan gambaran mengenai integritas Rasulullah SAW yang mesti kita tiru.

Keikhlasan, Jihad, dan Kesabaran Rasulullah SAW tergambar pada peristiwa Hijrah Ke Thaif.  Sewaktu Rasulullah mencari tempat baru untuk menyebarkan agama Islam, karena Mekkah sudah tidak kondusif, maka Rasulullah mencoba hijrah ke Thaif.  Harapannya, Masyarakat Thaif menerima Islam. Namun, apa yang Baginda dapatkan adalah penolakan dan lemparan.  Berangkat dengan baju bersih, pulang dengan baju kotor kena lemparan batu dan kotoran.  Malaikat Jibril AS sangat sedih melihat kekasih Allah menderita seperti itu. Lalu Jibril menawarkan bagaimana kalau Masyarakat Thaif dimusnahkan semua dengan membalikkan tanah thaif.  Rasulullah menolak tawaran Jibril tersebut dengan mengatakan : “Innahum Qoumi, wa innahum la ya’lamun” (Mereka Adalah kaumku dan mereka tidak tahu).  Perkataan ini mengandung 3 hal.

Pertama, keikhlasan beliau dalam berdakwah, Baginda Rasul berdakwah karena Allah, bukan karena yang lain.  Sehingga meskipun ditolak, beliau menerima.  Keikhlasan ini mesti ditiru oleh insan-insan keuangan syariah, agar Ikhlas bekerja semata mata karena Allah. 

Kedua, Jihad Beliau.  Berjalan dari Mekkah ke thaif bukan perkara mudah, apalagi mendaki karena thaif letaknya di gunung.  Namun beliau menempuhnya juga karena kesungguhannya (jihadnya) dalam berdakwah.  Hendaknya jihad Baginda Rasul ini juga dicontoh oleh insan insan Lembaga keuangan syariah, agar bersungguh sungguh dalam bekerja, tidak asal asalan.

Ketiga, Kesabarannya. Menerima lemparan batu dan kotoran tidak membuat Baginda Rasul marah, malah mendoakan anak dan keturunan Masyarakat thaif.  Rasul berharap, seandainya hari ini mereka tidak menerima Islam, maka nanti anak anaknya akan menerima Islam.  Kesabaran ini juga mesti diteladani oleh insan insan keuangan syariah.  Sabar menghadapi kondisi ekonomi yang sulit dan terus berusaha dengan kesungguhannya merubah ekonomi tersebut.

Semoga keikhlasan, jihad dan kesabaran baginda Rasulullah SAW dapat ditiru oleh insan insan keuangan syariah sehingga memiliki integritas. 

Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *