Surat Al-Kawthar, meski singkat hanya tiga ayat, menyimpan lautan makna dan ajakan yang mendalam bagi setiap muslim. Firman Allah SWT, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kawthar (nikmat yang banyak). Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Kawthar: 1-3), menjadi kompas bagi kita untuk meraih keridhaan-Nya.
Ayat ini dengan jelas menyatakan anugerah tak terhingga yang telah dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Kawthar, yang diartikan sebagai kenikmatan yang banyak. Sebagai respons atas karunia yang agung ini, Allah memerintahkan dua ibadah utama: sholat dan kurban.
Mengapa sholat dan kurban menjadi wujud syukur atas nikmat Allah yang melimpah? Sholat adalah tiang agama, merupakan bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Sang Khalik. Di dalamnya terkandung pengagungan, penghambaan, dan pengakuan atas kebesaran Allah. Sementara itu, kurban adalah manifestasi nyata dari pengorbanan dan kepedulian. Dengan menyisihkan sebagian harta yang dicintai untuk dipersembahkan kepada Allah dan berbagi dengan sesama, seorang muslim menunjukkan ketundukan dan rasa syukur yang mendalam.
Lebih dari sekadar ritual, kurban memiliki dimensi cinta yang kuat. Sebagaimana ungkapan bijak yang disampaikan, “Rumus kalau kita ingin mencintai, kita harus berkorban.” Cinta kepada anak diwujudkan dengan pengorbanan orang tua, cinta kepada pasangan tercermin dalam upaya dan perhatian, dan cinta kepada orang tua dibuktikan dengan bakti dan pengorbanan. Demikian pula, cinta kepada Allah SWT diwujudkan melalui pengorbanan di jalan-Nya.
Menjelang Hari Raya Idul Adha, semangat berkurban kembali membuncah dalam hati umat Islam. Ibadah ini bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi merupakan wujud ketulusan dan kepatuhan kepada perintah Allah. Melalui kurban, kita belajar untuk mengikis sifat egoistis dan menumbuhkan rasa empati serta solidaritas terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan.
Tujuan akhir dari setiap ibadah yang kita lakukan adalah meraih keridhaan Allah SWT. Dengan ridha-Nya, kita berharap Allah akan memahami setiap kesulitan dan perjuangan kita di dunia. Hingga tiba saatnya kita menghadap-Nya, Allah memanggil kita dengan panggilan yang penuh kedamaian, “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30).
Semoga Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk melaksanakan ibadah kurban dengan ikhlas dan menjadikannya sebagai jalan untuk meraih cinta dan ridha-Nya. Semoga kita semua kelak termasuk dalam golongan hamba-hamba yang saleh dan berhak memasuki surga-Nya yang abadi. Aamiin ya rabbal ‘alamin.